
Kendala utama pengembangan peternakan di Indonesia adalah rendahnya ketersediaan pakan, ketidak kontinyuan kesediaan pakan dan kualitas pakan yang beragam. Disisi lain, pertumbuhan penduduk dan pemanfaatan lahan lebih diperuntukkan bagi hunian, sehingga lahan sebagai tempat tumbuhnya pakan semakin menyempit. Meskipun demikian, masih terbuka peluang memenuhi kebutuhan pakan ternak dengan (1) meningkatkan pemanfaatan tanah-tanah kosong/kritis di batas pekarangan/hutan, tepi jalan, pematang sawah, dan tegalan, (2) memanfaatkan lahan di bawah tegakan pohon, (3) meningkatkan usaha tumpangsari tanaman pakan (leguminosa dan rumput) dengan tanaman pangan, (4) memanfaatkan kelebihan produksi pada musim panen untuk dijadikan hay dan silase, serta memanfaatkan limbah pertanian dan limbah rumah pemotongan hewan (RPH) dengan pebgolahan pakan terlebih dahulu.
Nasi merupakan pangan utama di Indonesia, karena itulah limbah pertanian yang paling besar potensinya adalah jerami padi, (abu) sekam padi, dan malai padi. Beberapa kelemahan jerami padi sebagai pakan diantaranya (1) berkadar silikat tinggi, kristal silikat merupakan penghambat utama mikrobia rumen dan enzim yang dihasilkan untuk mencerna jerami padi, (2) sebagai tanaman tua, sebagian karbohidrat jerami padi telah membentuk ikatan kokoh lignoselulosa dan ligno hemiselulosa yang sukar dicerna, (3) selulosa jerami padi telah berubah dari bentuk amorf menjadi kristal sehingga molekul glukosanya selain dikokohkan ikatan glukosida -1,4 juga oleh okatan hidrogen-2,5 yang mempersulit pencernaannya, (4) kandungan protein kasar jerami padi telah susut menjadi 3 – 4% bahan kering, (5) kandungan Ca dan P agak rendah sekitar 0,41%Ca dan 0,29%P, padahal pemberian yang aman untuk ternak di Indonesia sekitar 1,0%Ca dan 0,75%P dari bahan kering ransum, (6) mengandung oksalat tinggi sehingga menghambat penyerapan Ca dan P, dan (7) karoten (pro-vitamin A) rendah.
Terdapat beberapa cara pengolahan limbah pertanian untuk meningkatkan nilai gizi limbah tersebut, diantaranya dengan (1) perlakuan fisik mekanik melalui pencacahan, penggilingan, perendaman, perebusan, pelleting, dan -iradiasi, (2) perlakuan kimia dengan menggunakan asam atau basa kuat, (3) perlakuan biologis seperti pengolahan dengan jamur, enzim, white root fungi maupun dengan bolus/isi rumen, dan (4) gabungan berbagai perlakuan.
Berdasarkan prinsip pengolahan tersebut, Dr. Ir. C. Imam Sutrisno dalam pengukuhannya memaparkan berbagai teknologi pengolahan pakan yang berhasil diterapkembangkannya di Laboratorium Teknologi Makanan Ternak, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Teknologi pengolahan tersebut adalah Teknologi Ragi isi Rumen (RIR), Tape Jerami (PEMI), Silase Jerami Padi Bolus (SIJEBOL), Teknologi Penentuan Mikrobia Bolus, Hidrolisis Jerami Padi (HIDROMIDI), Fermentasi Jerami Bolus (FERMILUS), Pelet produk Hidrolisis Jerami Padi (Pelet HIDROMIDI), Pelet Hasil Fermentasi Jerami Bolus (Pelet FERMILUS), dan Teknologi Pengeringan dan Penyimpanan Bolus. Teknologi yang dikembangkan ini telah diterapkan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur pada berbagai usaha peternakan sapi potong dan pabrik pakan, dengan hasil yang menguntungkan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan asal ternak secara nasional, berbagai temuan teknologi ini layak untuk diterapkembangkan ke lapisan masyarakat peternakan yang lebih luas seperti peternak di perdesaan, pengusaha peternakan di Indonesia, dan berbagai pabrik pakan yang lain. Penerapkembangan ini memerlukan kegigihan promosi dan dukungan pemerintah secara nyata.
0 comments:
Post a Comment